Thursday, August 16, 2018


Liburan Asian Games

   Mulai tanggal 18 Agustus Asian Games dimulai. Beberapa sekolah akan diliburkan oleh pemerintah. Termasuk Labschool Rawamangun. Jadi, sekolah saya akan diliburkan selama kurang lebih dua minggu demi pelaksanaan Asian Games. Selama Asian Games akan diberlakukan sistem ganjil-genap. Dimana angka paling akhir di plat mobil harus sesuai dengan ganjil-genapnya tanggal pada hari itu. Kalau tidaka akan dikenakan sanksi. Jadi, akan sulit untuk berpergian.
   Walaupun sekolah saya diliburkan, tentu saja kita tetap belajar. Dengan cara diberi tugas dan belajar melalui situs web e-learning labschool. Kita tetap belajar dikarenakan agar kita tidak tertinggal materi. Sebab, sebentar lagi akan diadakan PTS atau di kebanyakan sekolah disebut UTS.
   Menurut saya belajar di e-learning ada ruginya juga. Karena kalau kita bingung dengan pelajaran di e-learning tersebut, kita tidak bisa menanyakan pertanyaan itu ke guru. Mungkin itu saja kekurangannya. Tapi agar tidak tertinggal pelajarannya mau tidak mau harus belajar lewat e-learning.
   Selain belajar dan mengerjakan tugas paling saya hanya akan nonton tv, main hp dan hal-hal seperti itu saja sih kalau ada waktu luang. Kalau tidak, saya akan pergi ke mall dan mengerjakan tugas saya disana agar saya tidak jenuh. Kalau di rumah saja nanti saya akan bosan atau semacam itu. Jadi menurut saya lebih enak pergi ke sekolah. Toh, saat e-learning saya tetap harus bangun pagi.
   Tadinya, saya dan keluarga ingin pergi ke luar kota. Tapi saat tahu kalau saya aka nada tugas dari sekolah dan e-learning, langsung di batalkan niat pergi ke luar kota. Walaupun kata Pak Asdi, kepala sekolah SMP Labschool Jakarta berkata bahwa kita harus mementingkan juga kegiatan lain, tapi tidak enak saja kalau saya tidak belajar di e-learning. Rasanya saya akan sangat tertinggal kalau tidak belajr. Jadi, tidak apa-apa sih.
   Selama liburan mungkin tidak ada banyak hal yang saya akan lakukan. Tapi beruntung juga sih ada e-learning. Kalau tidak, pasti murid-murid akan sangat tertinggal pelajarannya. Apalagi sebentar lagi PTS jadi harus belajar banyak sebagai bekal nanti.
   Ibaratnya kita sama saja sekolah dengan adanya e-learning ini. Karena, kita tetap bangun pagi, istirahat hanya tiga puluh menit, selesai belajar juga jam satu siang. Hehe, jadi tidak enak gitu. Lebih mending sekolah sih. Karena selain bisa ketemu dengan teman, kita bisa minta guru untuk menjelaskan bagian mana yang tidak kita mengerti. Jadi saya kurang suka sekolah diliburkan. Udah setelah balik ke sekolah langsung banyak UH alias Ulangan Harian.
   Paling malas sih kalau libur tapi tetep dapat banyak tugas. Ada tugas yang ribet banget. Tugasnya itu,kita harus menonton satu pertandingan dan mewawancara salah satu penonton di sana. Ribet banget sih menurut saya. Paling gak suka kalo ada tugas kayak gitu. Paling malas juga kalo ada tugas harus keluarin uang kayak gitu. Tiket kan gak murah juga. Gak semua orang suka nonton pertandingan. Hehehe, gak protes deh. Tapi itu sih curahan hati saya hehehe.
   Pasti saya akan bosan banget saat sedang ada wakyu luang. Karena, saya tidak tahu aktivitas apa saja yang saya ingin lakukan. Tadinya, kalau tidak ada tugas, saya ingin menghabiskan menonton drama yang sekarang tengah saya nonton. Salah satunya My ID is Gangnam Beauty, Produce 48, What’s Wrong with Secretary Kim dan masih banyak lagi hehehe.



maaf, fotonya tidak dapat di upload.


Thursday, August 9, 2018

Mengenal Angklung, Warisan Musik Tradisional Asli Sunda


sumber:uzone.id
Angklung, alat musik asli Sunda ini adalah salah satu warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya. Berasal dari Kabupaten Kuningan, alat musik yang terbuat dari bambu ini sudah diakui UNESCO sebagai peninggalan budaya dunia milik Indonesia.
Tak kenal, maka tak sayang. Agar lebih mencintai warisan yang sangat berharga ini, yuk mengenal angklung lebih dalam. Banyak fakta unik yang mungkin selama ini kamu belum tahu tentang alat musik ini, dan semuanya akan dibahas di sini.

Sejarah Angklung

Tidak ada catatan pasti tentang kapan tepatnya angklung diciptakan. Namun sejarah mencatat bahwa pada abad ke-12, alat musik ini sudah mulai dipergunakan, yaitu pada masa Kerajaan Sunda berdiri.
Alat musik ini dipercaya sebagai pemanggil Dewi Sri untuk memberikan kesuburan bagi tanah pertanian. Biasanya, angklung dibuat dari bambu hitam dan bambu ater dengan berbagai jenis ukuran yang menghasilkan musik berbeda-beda.
sumber:nuscac.net
Setelah itu, angklung berkembang menjadi beberapa jenis. Salah satunya  adalah nada musik angklung karya Daeng Sutigna, penduduk Citangtu, Kuningan yang merupakan orang pertama yang menciptakan nada musik angklung diatonis. Karena Daeng Sutigna pula, angklung bisa memainkan aneka jenis musik, baik tradisional maupun modern.
Karena Daeng Sutigna pula, Kabupaten Kuningan kini menyebut diri sebagai Kabupaten Angklung dan sudah ditetapkan sejak tahun 2010 silam.

Jenis Angklung

Tidak hanya satu, tetapi ada beberapa macam jenis angklung. Mulai dari Angklung Kanekes yang dimainkan oleh masyarakat Baduy, Angklung Reyog yang dimainkan di Ponorogo, Angklung Banyuwangi, Angklung Bali, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Gubrak yang dimainkan masyarakat Bogor, Angklung Badeng yang dimainkan masyarakat Garut, Angklung Buncis yang dimainkan masyarakat Bandung, Angklung Padaeng yang jadi khas Kuningan, Angklung Toel, Angklung Sri Murni dan Angklung Sarinade yang memiliki nada bulat saja.
sumber:kata.co.id

Cara Memainkan Angklung

Berbeda angklung, beda pula suara khasnya. Demikian pula dengan teknik memainkannya, digerakkan dengan cara berbeda, nadanya pun akan berbeda.
Teknik yang paling banyak dipakai untuk memainkan angklung adalah Karulung, yaitu dengan menggetarkannya ke kiri dan ke kanan. Cara kedua adalah dengan Centok, alias menyentakkannya. Dan teknik Tangkep, yang caranya mirip Karulung namun ada satu tabung yang ditahan agar tak ikut bergetar.

Festival Angklung Kuningan

sumber:kemenpar.go.id
Ada banyak festival angklung yang pernah digelar di Jawa Barat dan Banten, serta beberapa daerah lainnya. Namun yang tak lama lagi bakal digelar adalah Festival Angklung Kuningan, yang akan diselenggarakan pada 17 Agustus 2018.
Sudah berulang kali Kuningan menggelar festival angklung dan selalu ramai dengan pengunjung. Tidak hanya dari kawasan Kuningan sendiri, tetapi juga dari daerah lain yang ingin melihat secara langsung perhelatan akbar alat musik tradisional ini.
Tertarik untuk menjadi saksi festival tahunan ini? Kamu bisa menuju Kuningan dengan menumpang kereta api. Cara yang paling mudah adalah dengan membeli tiket kereta api Indonesia menuju Cirebon. Dari sini, kemudian bisa melanjutkan perjalanan dengan bus mini atau elf ke Kuningan.
Biasanya, ketika musim festival angklung tiba, tiket kereta api Indonesia menuju Cirebon selalu ludes terjual. Karena itu, sebaiknya siapkan diri sejak jauh hari agar tak kehabisan. Dan pastikan untuk membeli di Traveloka yang sudah dikenal sebagai agen tiket kereta api Indonesia terpercaya.
Dibandingkan dengan jalur lainnya, kereta api ke Cirebon lalu lanjut ke Kuningan adalah pilihan transportasi yang paling cepat dan terjangkau. Dengan budget terbatas, kamu bisa menikmati serunya festival angklung di Kuningan dan sekalian jalan-jalan ke tempat lain yang tak kalah menariknya di kawasan ini.





Get to know Angklung, Sund's Original Traditional Music Heritage

Angklung, this Sundanese original musical instrument is one of the cultural heritages that must be preserved. Coming from Kuningan Regency, this musical instrument made of bamboo has been recognized by UNESCO as a cultural heritage of Indonesia.

Do not know, then do not love. In order to love this very valuable inheritance, let's get to know angklung deeper. Many unique facts that you may not know about this instrument so far, and everything will be discussed here.

Angklung History
There is no definite record of when exactly angklung was created. But history records that in the 12th century, this instrument had begun to be used, that is, during the Sunda Kingdom.

This instrument is believed to be the caller of Dewi Sri to provide fertility for agricultural land. Usually, angklung is made of black bamboo and bamboo ater with various types of sizes that produce different music.

After that, angklung developed into several types. One of them is the tone of angklung music by Daeng Sutigna, a resident of Citangtu, Kuningan who was the first person to create diatonic angklung music tones. Because Daeng Sutigna also, angklung can play various types of music, both traditional and modern.

Because Daeng Sutigna also, Kuningan Regency now calls itself Angklung Regency and has been established since 2010.

Angklung type
Not only one, but there are several types of angklung. Starting from Angklung Kanekes played by the Baduy community, Angklung Reyog played in Ponorogo, Angklung Banyuwangi, Angklung Bali, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Gubrak played by the people of Bogor, Angklung Badeng played by the people of Garut, Angklung Buncis played by the people of Bandung, Angklung Padaeng which is typical of Kuningan, Angklung Toel, Angklung Sri Murni and Angklung Sarinade which have a round tone.

How to Play Angklung
Different from angklung, the distinctive sound is also different. Likewise with the technique of playing it, driven in a different way, the tone will be different.

The most widely used technique for playing angklung is Karulung, which is to shake it to the left and right. The second way is to check, aka jerk it. And the Tangkep technique, which is similar to Karulung, but there is one tube that is held in order not to vibrate.

There are many angklung festivals that have been held in West Java and Banten, as well as several other areas. But what will soon be held is the Kuningan Angklung Festival, which will be held on August 17, 2018.

Kuningan has repeatedly held angklung festivals and is always crowded with visitors. Not only from Kuningan area itself, but also from other regions who want to see firsthand the grand event of this traditional musical instrument.

Interested in witnessing this annual festival? You can go to Kuningan by train. The easiest way is to buy Indonesian train tickets to Cirebon. From here, then you can continue the trip by mini bus or elf to Kuningan.

Usually, when the angklung festival season arrives, Indonesian train tickets to Cirebon are always sold out. Therefore, you should prepare yourself for a long time so you don't run out. And be sure to buy at Traveloka which is already known as a trusted Indonesian train ticket agent.

Compared to other lines, the train to Cirebon and then on to Kuningan is the fastest and most affordable transportation option. With a limited budget, you can enjoy the thrill of the angklung festival in Kuningan and all the way to other places that are not less interesting in this area.

libur libur libur mantap jiwa

Cerita Liburan HAIII kembali dengan tugas BTIK yang mengharuskan saya untuk menulis cerita liburan. Padahal kalau dipikir-pikir garis ...